Sistem Irigasi Subak di Bali
Narasumber : Wayan Windia, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana
dalam Seminar 1 IMATETANI 2014
Subak merupakan sekumpulan petani yang mengelola system irigasi yang ada di sebuah kawasan persawahan tertentu dan dibatasi oleh sungai, jurang, dan batas fisik lainnya yang tentunya terlihat jelas. Lalu apa bedanya system irigasi subak dengan system irigasi persawahan pada umumnya?. Sistem irigasi subak memiliki komponen- komponen pembeda dimana di dalamnya sangat khas akan kearifan local bali. Sumber air subak, yang merupakan komponen fundamental, biasanya berasal dari mata air yang mengalir ke sebuah sungai yang dikelola sedemikian rupa oleh para petani subak dengan system “meminjam air” , yang secara konkret merupakan system yang penekanannnya lebih kea rah gotong- royong dan saling bahu membahu, bukan system utang piutang. Dalam subak, juga harus memiliki 1 bangunan bagi serta pura yang terpasang di pematang masing- masing sawah. Pura ini merupakan syarat utama subak. Sistem irigasi subak dipimpin oleh seorang pekaseh yang mana merupakan seorang pengatur dari system irigasi ini. Pekaseh atau klean subak merupakan birokrat yang otonom. Namun demikian, pekaseh masih melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan kepala desa, dimana kepala desa tidak memiliki wewenang untuk mengatur kinerja pekaseh. Contoh konkretnya, ketika warga desa meninggal di saat musim panen, maka upacara ngaben yang seharusnya dilakukan harus diundur demi kelancaran proses memanen. Dalam system ini, air sangat mudah didapat bahkan tak akan habis, sehingga kekeringan pun jarang terjadi. Ketika memang air yang mengalir ke dalam sawah seorang petani kurang, maka system “pinjam air” pun berlaku di sini.
Dalam system ini, terdapat empat jenis sumber air dalam bentuk danau. Bahkan selain danau, hutan pun merupakan sumber air bagi subak bali. Subak sendiri memiliki prinsip untuk tidak mengutamakan effisiensi, melainkan effektivitas , dimana hal ini justru menjadikan subak sebagai bemper kebudayaan bali. Meskipun system irigasi subak terdiri atas sawah- sawah yang sempit- sempit, subak memiliki beberapa landasan berupa Tri Hita Karana, atau tiga hal yang menyebabkan kebahagiaan, yang terdiri atas harmoni dengan alam, meliputi sawah yang sesuai dengan kontur, kemudian harmoni dengan sesame yang meliputi system “pinjam air”, rapat dan atau konsolidasi. Selain itu , ada pula harmoni kepada tuhan, dimana disimbolkan dalam sesajen yang dipersembahkan di pematang. Sistem irigasi ini sangat berlandaskan sosio- kultural masyarakat, sehingga terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebhannya antara lain bersifat fleksibel, bersifat good governance, mampu beradaptasi dengan teknologi baru dan dinamika budaya yang ada. Kelemahannya terletak pada tidak kuatnya system pertahanan dalam menahan intervensi dari pihak luar. Namun demikian, system subak ini sangatlah unik. One inlet & one outlet system… begitulah bunyi system tersebut yang diutarakan oleh ahli irigasi, dimana 1 petani memiliki 1 gate dan 1 pure. Untuk konsolidasinya sendiri, system ini sangat menganjurkan petani untuk selalu melakukan perundingan setiap akan menanam, bahkan saat hendak membunuh hama dan tikus.Gabungan antara subak – subak yang terikat dalam satu system disebut subak agung. Secara konkret, memang jelas bahwa system irigasi semacam ini sangat kurang efisien. Namun demikian, subak sendiri merupakan sebuah cerminan kearifan local yang berhasil dilestarikan sehingga berhasil pula dalam mengangkat derajat bangsa — Rasyid